Selasa, 04 Desember 2012

KEPEDULIAN KITA


BERKREASI DENGAN SAMPAH ANORGANIK
Oleh
Siti Wakhidah
11144600026

A. Pendahuluan
Jumlah penduduk, tingkat konsumsi, gaya hidup dan berbagai aktivitas masyarakat yang terus meningkat semakin meningkatkan produksi limbah. Secara umum kita mengenal dua bentuk limbah yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses produksi dalam bentuk bahan baku yang sudah dapat dimanfaatkan. Sebuah hukum ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Hal ini mengandung arti bahwa sesungguhnya alam sendiri mengeluarkan limbah akan tetapi limbah tersebut akan selalu dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip ini dikenal dengan prinsip ekosistem (ekologi sistem) karena makhluk hidup yang ada di dalam sebuah rantai penyedia (pasok) makanan akan menerima limbah sebagai bahan baku yang baru. Kemudian bahan baku yang baru tersebut dimanfaatkan dan hasil akhir dari pemanfaatannya berupa sampah.
Apa yang Anda ketahui tentang sampah? Di kampus, di jalan, di sekolah, di masjid, di tempat-tempat umum, dimana-mana kita sering menjumpai sampah. Sampah tidaklah asing di telinga kita. Mendengar istilah sampah, yang terlintas dalam pikiran kita pasti limbah yang menumpuk, berbau busuk, dan tidak enak dipandang mata. Sampah identik dengan material sisa akhir yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Sampah selalu dihasilkan dalam aktivitas-aktivitas industri pertambangan, manufaktur, dan kegiatan konsumsi. Laju pengurangan sampah yang lebih kecil dibandingkan dengan laju produksinya menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penumpukan sampah dan timbulnya berbagai permasalahan. Timbunan sampah dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya timbunan sampah antara lain munculnya berbagai penyakit menular, penyakit kulit, dan gangguan pernafasan. Dampak tidak langsungnya adalah banjir yang terjadi karena terhambatnya aliran sungai akibat penumpukan sampah di area sungai.
Sebagian besar masyarakat kita beranggapan bahwa sampah merupakan sesuatu yang kotor, berbau menyengat, tidak enak dipandang, dan tidak memiliki nilai guna lagi. Anggapan masyarakat selama ini ternyata salah. Tidak selamanya yang kotor, yang berbau menyengat, dan yang tidak mengenakkan pandangan itu juga tidak memiliki nilai guna atau manfaat. Sampah sering disebut sebagai emisi karena berkaitan dengan polusi, yang apabila masuk ke dalam lingkungan (air, tanah, dan udara) dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan yang tercemar oleh sampah akan menjadi kotor dan menjadi tempat bersarangnya penyakit. Lingkungan yang tercemar oleh sampah yang menumpuk akan terlihat kumuh dan tidak enak dipandang oleh mata. Lingkungan yang kumuh akan menimbulkan berbagai masalah dan membuat masyarakat merasa tidak nyaman menempati lingkungan tersebut.
Berdasarkan sumbernya sampah dapat dibagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri dan sampah pertambangan. Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik (degradable) yaitu sampah yang dapat terurai secara alami contohnya sampah dedaunan, sayuran, dan sampah dapur. 2) sampah anorganik (undegradable) yaitu sampah yang tidak dapat terurai secara alami contohnya sampah kertas, plastik, botol, kaca dan kaleng. Sampah kertas, plastik, botol, kain, dan kaleng dengan kreativitas manusia dapat didaur ulang menghasilkan barang-barang kerajinan yang memiliki nilai seni, kreativitas, dan bahkan memiliki nilai ekonomis tinggi. Sampah yang hanya dipandang sebelah mata tidak ada manfaatnya dapat disulap menjadi barang-barang kerajinan yang dapat menambah penghasilan para pengrajin sampah yang sanggup meluangkan waktu dan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan berkreasi dengan sampah.
Tingginya biaya operasional dan semakin sulitnya menemukan tempat untuk pembuangan akhir menjadi masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota. Kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60% sampah dari seluruh produksi sampahnya karena tingginya biaya operasional. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah dapat dicapai dengan penerapan metode yang ramah lingkungan, terpadu, bermanfaat untuk masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Selain itu, diperlukan juga penerapan teknologi yang tepat, peran aktif masyarakat, dan kerja sama antara lembaga-lembaga terkait, seperti Departemen Kesehatan, Departemen Koperasi, Departemen Pertanian, Departemen Perdagangan dan Industri. Dalam hal ini aspek hukum juga sangat diperlukan untuk mengatur berbagai permasalahan lingkungan dan cara penanggulangan pencemaran lingkungan akibat dari sampah. Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan, perlu dicari cara pengelolaan sampah yang baik dan benar melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam pengelolaan sampah secara terpadu.
B. Pengelolaan Sampah
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu: pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir atau pengolahan. Pada tahap pembuangan akhir  sampah akan mengalami pemrosesan, baik secara fisik, kimia maupun biologis. Ada dua proses pembuangan akhir, yaitu open dumping (penimbunan secara terbuka) dan sanitary landfill (pembuangan secara sehat). Pada sistem open dumping, sampah ditimbun secara bergantian dengan tanah sebagai lapisan penutupnya. Sampah yang telah ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat mengalami proses lanjutan. Teknologi yang umumnya digunakan dalam proses lanjutan adalah:
1.    Teknologi pembakaran (incinerator) yang menghasilkan produk sampingan berupa logam bekas dan uap yang dapat dikonversikan menjadi energi listrik. Pembakaran dapat mengurangi volume sampah dari sumbernya hingga 75-80% tanpa proses pemilahan. Pembakaran menghasilkan abu atau kerak yang cukup kering dan bebas dari pembusukan sehingga dapat langsung dibawa ke tempat penimbunan di lahan yang kosong.
2.    Teknologi pengomposan (composting) yang menghasilkan kompos dapat digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur tanah.
3.    Teknologi daur ulang (recycle) yang dapat menghasilkan produk sampah potensial, seperti sampah kertas, plastik, logam, kaca, dan gelas.
Bagaimanakah langkah penanganan sampah yang efisien? Penanganan permasalahan sampah secara keseluruhan dapat dilakukan dengan berbagai alternatif pengolahan dan pengelolaan sampah. Alternatif pengelolaan sampah harus sesuai dan berkelanjutan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan. Salah satu pengelolaan sampah yang menjanjikan adalah dengan melakukan daur ulang untuk mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam, menciptakan lingkungan yang bebas dari sampah dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sampah agar memiliki nilai guna. Memilah dan mendaur ulang sampah secara optimal jauh lebih baik dibandingkan membuang semua jenis sampah ke tempat pembuangan sampah yang tercampur karena dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih dapat diambil manfaatnya. Bahan-bahan organik dapat mengontaminasi bahan-bahan yang mungkin masih dapat didaur ulang, dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Proses perubahan gas metana (CH4) menjadi energi menghadapi kendala akibatnya metana yang dihasilkan dari tumpukan sampah dibiarkan mengapung di udara. Besarnya gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran sampah semakin meningkatkan suhu di permukaan bumi. Selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dalam jumlah besar, pembakaran sampah juga menghasilkan senyawa dioksin. Dioksin adalah senyawa beracun yang mempunyai struktur kimia mirip serta mekanisme peracunan yang sama. Dioksin sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Oleh karena itu sebaiknya kita menghindari pengurangan sampah dengan pembakaran. Mulailah dari sekarang kita lebih menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah seefisien mungkin.


Beberapa cara yang efisien untuk mengurangi sampah antara lain:
1.    Reduce (Mengurangi)
Kita sebaiknya menggunakan barang atau material yang seminimal mungkin. Dalam kenyataannya semakin banyak kita menggunakan material, maka akan semakin banyak pula sampah yang kita hasilkan. Kita dapat mengurangi peningkatan produksi sampah dengan cara selalu menggunakan tas atau kantong anyaman dari daun pandan yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.
2.    Reuse (Menggunakan Kembali)
Alangkah lebih baik apabila kita selalu memilih barang-barang yang dapat dimanfaatkan kembali dan menghindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (disposable). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang tersebut menjadi sampah. Kita dapat menggunakan botol plastik (produk minyak goreng atau sabun) yang dapat diisi ulang. Dengan demikian, setidaknya kita tidak akan terlalu menumpuk sampah botol sabun, sampo, minyak goreng, dan lain sebagainya karena kita dapat membeli barang dengan kemasan refill (isi ulang) dan menggunakan kembali botol-botol sampo atau sabun cair yang sudah kosong tersebut.
  1. Recycle (Mendaur Ulang)
Mendaur ulang sampah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat. Saat ini banyak kita jumpai industri informal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah plastik dengan mengubahnya menjadi berbagai souvenir, sampah kertas menjadi lukisan dan mainan miniatur, sampah alumunium foil menjadi tas atau dompet.
  1. Replace (Mengganti)
Kita harus dapat meneliti barang-barang yang kita gunakan sehari-hari. Mengganti barang-barang sekali pakai (disposible) dengan barang yang lebih tahan lama dan memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang saat kita berbelanja, dan tidak menggunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diuraikan secara alami. Kita dapat memanfaatkan tas anyaman dari daun pandan atau bambu sebagai pengganti kantong plastik dan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan.
            Syahputra (2008) mengemukakan bahwa pola dasar penanganan sampah secara terpadu dilakukan dengan cara Reduce, Reuse, Recycle, dan Composting (3RC). Reduce (precycling) merupakan langkah pertama untuk mencegah penimbunan sampah dengan mengurangi produksi sampah. Reuse (menggunakan kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan kembali barang-barang yang telah dipakai. Barang yang masih dapat digunakan, seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado yang menarik. Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat dan berdaya guna. Langkah utama dari mendaur ulang adalah memisahkan sampah-sampah yang sejenis dalam satu kelompok. Recycle sering disebut mendapatkan kembali sumber daya (resource recovery), khususnya untuk sumber daya alami. Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain. Pembusukan menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk tanaman.
Cara-cara penanganan sampah anorganik secara terpadu ini akan lebih baik digunakan daripada dengan cara pembakaran karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi volume gas karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah atau memusnahkan sampah. Karena bagaimanapun pengolahan atau pemusnahan sampah pasti akan menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah yang dimusnahkan. Jadi, mulai sekarang mari kita berbenah diri untuk mengurangi hal-hal yang bisa membentuk sampah. Bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan dari sampah agar lingkungan terasa menyejukkan pandangan dan terasa nyaman.

C. Pemanfaatan Sampah Anorganik
Sampah merupakan material sisa hasil akhir dari proses produksi yang bersifat merusak. Pembuangan dan pembakaran sampah plastik yang sembarangan dapat menyebabkan polusi tanah dan menimbulkan kerugian di masa mendatang. Secara sederhana, kita harus dapat memisahkan antara sampah kering, sampah basah, sampah plastik, dan sampah daun. Setelah kita memisahkannya, kita dapat mengelompokkan lagi menjadi sampah yang dapat dihancurkan dan sampah yang dapat di daur ulang kembali. Sampah yang dapat dihancurkan seperti plastik dan kaleng dapat di bakar tetapi harus memperhatikan segi kerugiannya, sedangkan sampah yang dapat di daur ulang kembali seperti sampah botol aqua dengan kreativitas dapat kita modifikasi menjadi aneka kerajinan vas bunga dan tempat sisir. Kemudian kulit telur yang dikeringkan dapat dimanfaatkan menjadi kreasi bunga. Jadi, kita tidak selalu hanya menggunakan teknologi-teknologi modern saja untuk memanfaatkan barang-barang di sekitar kita. Dengan teknologi yang sederhanapun kita dapat memanfaatkannya.
Sampah anorganik tidak dapat teruraikan secara alami. Dengan kreativitas, sampah ini dapat didaur ulang untuk beragam kebutuhan. Ada beberapa sampah yang dapat dimanfaatkan:
1.    Sampah Kertas
Bagaimana dengan kertas dan koran yang menumpuk di ruang tamu? Tidak perlu stres dan bingung apabila menjumpai hal seperti ini. Sampah kertas dan koran yang menumpuk di ruang tamu dengan tambahan sentuhan kreativitas dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pernak-pernik cantik yang bernilai seni dan bernilai jual tinggi.  Sampah kertas dapat dikumpulkan menjadi satu bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti blocknote, kartu ucapan, kotak pensil, pigura, topeng, patung, dan kertas daur ulang. Kebanyakan masyarakat kurang mengetahui bahwa ternyata sampah kertas dengan modal kecil dapat disulap menjadi pernak-pernik yang mengesankan dan bernilai seni tinggi. Sampah oleh masyarakat sekarang ini hanya dipandang sebelah mata, padahal dalam kenyataannya banyak manfaat yang dapat diambil dari sampah. Ketidaksadaran dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang sampah menjadikan masyarakat tidak peduli terhadap lingkungan.
            Pembuatan kertas daur ulang merupakan bentuk recycle sebagai bagian dari 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Pembuatan kertas daur ulang dengan pengolahan kembali (daur ulang) sampah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat secara tidak langsung dapat mengurangi penggunaan kertas dan sampah kertas. Bahan utama yang dibutuhkan dalam pembuatan kertas daur ulang adalah kertas bekas. Dalam hal ini yang dimaksud kertas bekas adalah semua jenis kertas yang sudah tidak digunakan. Kita juga perlu menyediakan lem kayu, pewarna, dan air. Pewarna yang digunakan sebaiknya yang alami yaitu dengan menggunakan kunyit atau serai. Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kertas daur ulang adalah screen sablon atau bingkai kayu dengan kain kasa seukuran kertas yang diinginkan. Peralatan lainnya antara lain ember untuk merendam, papan atau triplek, kain, gunting dan screen sablon. Langkah pembuatan kertas daur ulang adalah menggunting kertas kemudian merendamnya ke dalam ember selama sehari semalam atau kurang lebih selama 24 jam. Kemudian air dan kertas diblender dengan perbandingan air dan kertas= 3 : 1 sampai menjadi bentuk pulp atau bubur kertas. Selanjutnya bubur kertas dimasukkan ke dalam ember yang telah diisi dengan air dan diberi pewarna serta lem kayu secukupnya sambil diaduk sampai merata. Setelah itu kita dapat menyiapkan papan atau triplek  yang sebelumnya dilapisi kain yang sudah dibasahi dengan air. Screen dimasukkan ke dalam ember yang berisi air, kemudian saring bubur kertas air hilang kemudian ratakan. Penyaringan diusahakan tidak terlalu tebal dan penggosokan screen dilakukan secara perlahan hingga kertas daur ulang menempel  di papan. Penjemuran dilakukan bersama dengan kain di tempat yang panas sampai benar-benar kering. Kertas hasil daur ulang yang sudah jadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk membuat aneka kerajinan tangan.
2.    Sampah Kaleng
Sumber daya tambang tidak dapat diperbaharui, sementara kemasan kaleng yang akhirnya menjadi sampah semakin banyak. Oleh karena itu, sebagai orang yang bijak kita harus ikut aktif dalam kegiatan menyukseskan daur ulang. Dalam kehidupan sehari-hari kaleng banyak dimanfaatkan dengan berbagai fungsi. Kaleng dalam berbagai fungsi pada akhirnya tidak terpakai dan menjadi sampah. Dengan sedikit kreasi sampah kaleng dapat dimanfaatkan dan menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai keunikan dan kreativitas yang tinggi. Kreasi kaleng bekas apabila ditekuni dapat dijadikan peluang bisnis yang menjanjikan. Kaleng bekas yang bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai sampah yang tidak ada manfaatnya ternyata dapat diubah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis dan tidak membahayakan lingkungan. Sebelum digunakan sampah kaleng sebaiknya dicuci bersih dan dilap sampai kering untuk menjaga kebersihan kaleng. Kaleng bekas dapat dimanfaatkan dalam pembuatan wadah kue kering, asbak, tempat uang recehan atau celengan, pot tanaman, dan mainan anak-anak.
Seorang pekebun sayuran bernama Pak Kasino di Tandes, Surabaya, Jawa Timur telah mempraktekkannya.  Beliau mengumpulkan kaleng-kaleng bekas yang berukuran 5 kg dan memanfaatkannya sebagai bahan budidaya tanaman sistem tingkat yang dikenal dengan vertikultur. Menurut beliau, selain mengurangi sampah yang menumpuk, usaha ini ternyata mampu membantu memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarga. Penggunaan kaleng sebagai pot tanaman ini sangat efektif karena dapat menghemat lahan dan meminimkan perawatan. Selain itu, tidak akan terjadi kompetisi antar tanaman karena penyiraman melalui kran sehingga larutan nutrisi mengalir dari pot bagian atas menuju pot bagian bawahnya berdasarkan tingkatan. Pembuatan pot bertingkat sebenarnya sangatlah sederhana karena cukup dengan menyiapkan kaleng cat bekas berukuran 5 kg dan melubangi sekeliling kaleng. Setelah itu, media tanam dimasukkan. Kemudian benih sayuran  ditanam di lubang tanam dan kaleng susu disusun serapi mungkin dengan posisi bertingkat.
Kaleng bekas juga dapat dimanfaatkan sebagai toples. Kaleng susu bekas dapat dibalut kain batik dengan ditambah kreasi balutan menghasilkan toples yang cantik memperindah suasana rumah dengan nuansa penuh keunikan dan kreativitas yang tinggi.
3.    Sampah Botol
Dimana-mana kita menjumpai sampah botol. Banyak produk-produk yang menggunakan botol sebagai tempatnya. Kebanyakan orang bingung bagaimana cara memanfaatkan botol bekas. Kita dapat menggunakan botol plastik (produk minyak goreng atau sabun) yang dapat diisi ulang. Dengan demikian, setidaknya kita tidak akan terlalu menumpuk sampah botol sabun, sampo, minyak goreng, dan lain sebagainya karena kita dapat membeli barang kemasan refill dan menggunakan kembali botol-botol yang kosong. Jangan sampai kita menumpuk botol sampo, botol sabun cair, botol minyak goreng dan botol-botol lain sedangkan semuanya hanya menjadi sampah yang tercecer tanpa ada manfaat yang lebih jelas. Sebagai masyarakat yang termasuk orang berpendidikan, alangkah lebih baiknya apabila kita dapat memanfaatkan botol bekas dengan melakukan penghematan mulai dari hal kecil. Melakukan penghematan dengan membeli produk refill dan memanfaatkan botol bekas untuk menghindari penumpukan sampah botol.
Sampah botol dapat didaur ulang bersama dengan berbagai jenis kaca untuk dicetak menjadi botol baru. Harga sampah botol bekas minuman lebih rendah karena bentuknya khusus sehingga pembelinya terbatas perusahaan minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena banyak produk yang bisa dikemas dengan botol itu. Usaha botol bekas juga memberi peluang kerja bagi ibu-ibu sebagai pencuci botol. Ternyata sampah yang dipandang oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai guna bermodal kreativitas dan keuletan dapat menghasilkan barang-barang kerajinan yang hasilnya mempunyai nilai estetis tinggi. Sampah botol yang dianggap tidak bermanfaat dalam kenyataannya dapat disulap menjadi barang-barang kerajinan yang berkualitas. Selain untuk menjaga kebersihan lingkungan, pemanfaatan sampah juga dapat menambah penghasilan para pengrajin dengan hasil kreativitasnya. Botol bekas aqua dapat dikumpulkan didaur ulang menjadi tudung saji, aneka bunga, vas dan gelas hias. Bekas  aqua gelas dapat kita belah menjadi dua sama bentuk selanjutnya belahan tersebut saling dihubungkan melingkar dengan menggunakan staples. Setelah membentuk lingkaran kemudian rangkaian dibungkus dengan kain brukat (kain yang bermotif jaring-jaring) untuk lebih mempercantik penampilan. Selain itu dapat dipercantik dengan berbagai hiasan  pita. Tudung saji dengan kreativitas para perajin dapat bernilai jual tinggi.
4.    Sampah Plastik
Plastik merupakan bahan organik yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Secara umum plastik mempunyai sifat thermoplastic dan thermoset. Thermoplastic dapat dengan mudah dibentuk dan di proses kembali menjadi bentuk lain. Sedangkan thermoset tidak dapat dilunakkan kembali apabila sudah mengeras. Plastik yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari mempunyai sifat thermoplastic. Menurut Hartono, komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di kota-kota besar rata-rata setiap pabrik setiap minggunya menghasilkan satu ton limbah plastik. Jumlah tersebut akan terus bertambah karena plastik mempunyai sifat yang tidak dapat membusuk, tidak dapat terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, dan tidak dapat berkarat sehingga menjadi masalah bagi lingkungan apabila apabila tidak ditangani dengan baik.
Plastik tidak dapat terdegradasi  secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik agar dapat terdegradasi secara alami kita membutuhkan waktu kurang lebih 80 tahun. Kita menjumpai penggunaan plastik hampir di seluruh aktivitas manusia. Padahal apabila kita sadar, kita dapat berbuat lebih untuk memanfaatkan plastik yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) dengan menyimpan kantung plastik di rumah. Dengan ini secara tidak langsung kita sudah mengurangi limbah plastik yang terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Akan lebih baik lagi apabila kita dapat melakukan daur ulang plastik menjadi barang yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi (recycle). Lebih baik meminimalkan penggunaan  plastik daripada melihat tumpukan sampah plastik dengan tidak ada kemampuan diri untuk memanfaatkannya.
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Menurut Sasse et al. (1995), secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya. Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Menurut Syafitrie (2001), hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas. Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.
D. Kesimpulan
Penanganan permasalahan sampah secara keseluruhan dapat dilakukan dengan berbagai alternatif pengolahan dan pengelolaan sampah. Alternatif pengelolaan sampah harus sesuai dan berkelanjutan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan. Kita dapat bersikap bijak dengan cara menciptakan lingkungan yang bebas dari sampah dan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sampah agar memiliki nilai guna. Memilah dan mendaur ulang sampah secara optimal jauh lebih baik dibandingkan membuang semua jenis sampah ke tempat pembuangan sampah yang tercampur karena dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih dapat diambil nilai manfaatnya. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah dapat dicapai dengan penerapan metode yang ramah lingkungan, terpadu, bermanfaat untuk masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Selain itu, diperlukan juga penerapan teknologi yang tepat, peran aktif masyarakat, dan kerja sama antara lembaga-lembaga yang terkait.
Sampah anorganik dapat dimanfaatkan dengan cara didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan tangan yang lebih bermanfaat. Sampah kertas, plastik, botol, kain, kaca dan kaleng dengan kreativitas manusia dapat didaur ulang menghasilkan barang-barang kerajinan yang memiliki nilai seni, kreativitas, dan bahkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain untuk menjaga kebersihan lingkungan, pemanfaatan sampah juga dapat menambah penghasilan para pengrajin dengan hasil kreativitasnya. Kita tidak selalu hanya menggunakan teknologi-teknologi modern saja dalam memanfaatkan sampah di sekitar kita. Dengan teknologi yang sederhanapun kita dapat memanfaatkannya. Hal ini sesuai dengan kata pepatah yang menyatakan pencegahan penyakit itu akan lebih baik daripada pengobatan. Konsep ini dapat digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik daripada mengolah atau  memusnahkan sampah. Jadi, mulai sekarang marilah kita berbenah diri untuk mengurangi  sampah dan memanfaatkannya agar berdaya guna serta bernilai jual tinggi bermodalkan kreativitas kita sendiri dengan melestarikan lingkungan sekitar kita dan menjaganya dari ancaman sampah anorganik. Mulailah dari sekarang kita lebih menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah seefisien mungkin.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,gugun.2007.Mengelola Sampah Jadi Uang.Jakarta: Transmedia pustaka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar