BERKREASI
DENGAN SAMPAH ANORGANIK
Oleh
Siti Wakhidah
11144600026
Siti Wakhidah
11144600026
A. Pendahuluan
Jumlah penduduk, tingkat konsumsi,
gaya hidup dan berbagai aktivitas masyarakat yang terus meningkat semakin
meningkatkan produksi limbah. Secara umum kita mengenal dua bentuk limbah yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses
produksi dalam bentuk bahan baku yang sudah dapat dimanfaatkan. Sebuah hukum
ekologi menyatakan bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang gratis. Hal
ini mengandung arti bahwa sesungguhnya alam sendiri mengeluarkan limbah akan
tetapi limbah tersebut akan selalu dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip
ini dikenal dengan prinsip ekosistem (ekologi sistem) karena makhluk hidup yang
ada di dalam sebuah rantai penyedia (pasok) makanan akan menerima limbah
sebagai bahan baku yang baru. Kemudian bahan baku yang baru tersebut
dimanfaatkan dan hasil akhir dari pemanfaatannya berupa sampah.
Apa yang Anda ketahui tentang sampah?
Di kampus, di jalan, di sekolah, di masjid, di tempat-tempat umum, dimana-mana
kita sering menjumpai sampah. Sampah tidaklah asing di telinga kita. Mendengar
istilah sampah, yang terlintas dalam pikiran kita pasti limbah yang menumpuk,
berbau busuk, dan tidak enak dipandang mata. Sampah identik dengan material
sisa akhir yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Sampah selalu dihasilkan
dalam aktivitas-aktivitas industri pertambangan, manufaktur, dan kegiatan konsumsi.
Laju pengurangan sampah yang lebih kecil dibandingkan dengan laju produksinya menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya penumpukan sampah dan timbulnya berbagai
permasalahan. Timbunan sampah dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dampak yang dapat ditimbulkan dari
adanya timbunan sampah antara lain munculnya berbagai penyakit menular,
penyakit kulit, dan gangguan pernafasan. Dampak tidak langsungnya adalah banjir
yang terjadi karena terhambatnya aliran sungai akibat penumpukan sampah di area
sungai.
Sebagian
besar masyarakat kita beranggapan bahwa sampah merupakan sesuatu yang kotor,
berbau menyengat, tidak enak dipandang, dan tidak memiliki nilai guna lagi.
Anggapan masyarakat selama ini ternyata salah. Tidak selamanya yang kotor, yang
berbau menyengat, dan yang tidak mengenakkan pandangan itu juga tidak memiliki
nilai guna atau manfaat. Sampah sering disebut sebagai emisi karena berkaitan
dengan polusi, yang apabila masuk ke dalam lingkungan (air, tanah, dan udara) dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan yang tercemar oleh sampah akan menjadi
kotor dan menjadi tempat bersarangnya penyakit. Lingkungan yang tercemar oleh
sampah yang menumpuk akan terlihat kumuh dan tidak enak dipandang oleh mata.
Lingkungan yang kumuh akan menimbulkan berbagai masalah dan membuat masyarakat
merasa tidak nyaman menempati lingkungan tersebut.
Berdasarkan sumbernya sampah dapat
dibagi menjadi sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir,
sampah industri dan sampah pertambangan.
Sedangkan berdasarkan sifatnya sampah dibagi menjadi dua yaitu 1) sampah organik
(degradable) yaitu sampah yang dapat
terurai secara alami contohnya sampah dedaunan, sayuran, dan sampah dapur. 2)
sampah anorganik (undegradable) yaitu
sampah yang tidak dapat terurai secara alami contohnya sampah kertas, plastik,
botol, kaca dan kaleng. Sampah kertas, plastik, botol, kain, dan kaleng dengan
kreativitas manusia dapat didaur ulang menghasilkan barang-barang kerajinan
yang memiliki nilai seni, kreativitas, dan bahkan memiliki nilai ekonomis
tinggi. Sampah yang hanya dipandang sebelah mata tidak ada manfaatnya dapat
disulap menjadi barang-barang kerajinan yang dapat menambah penghasilan para
pengrajin sampah yang sanggup meluangkan waktu dan kepeduliannya terhadap
lingkungan dengan berkreasi dengan sampah.
Tingginya
biaya operasional dan semakin sulitnya menemukan tempat untuk pembuangan akhir
menjadi masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota. Kebanyakan
kota-kota di Indonesia hanya mampu mengumpulkan dan membuang 60% sampah dari
seluruh produksi sampahnya karena tingginya biaya operasional. Efektivitas dan
efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah dapat dicapai dengan penerapan
metode yang ramah lingkungan, terpadu, bermanfaat untuk masyarakat, baik secara
ekonomi maupun sosial. Selain itu, diperlukan juga penerapan teknologi yang
tepat, peran aktif masyarakat, dan kerja sama antara lembaga-lembaga terkait,
seperti Departemen Kesehatan, Departemen Koperasi, Departemen Pertanian,
Departemen Perdagangan dan Industri. Dalam hal ini aspek hukum juga sangat
diperlukan untuk mengatur berbagai permasalahan lingkungan dan cara penanggulangan
pencemaran lingkungan akibat dari sampah. Untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan, perlu dicari cara pengelolaan sampah yang baik dan benar melalui
perencanaan yang matang dan terkendali dalam pengelolaan sampah secara terpadu.
B. Pengelolaan Sampah
Secara umum pengelolaan sampah di
perkotaan dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu: pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan akhir atau pengolahan. Pada tahap pembuangan
akhir sampah akan mengalami pemrosesan,
baik secara fisik, kimia maupun biologis. Ada dua proses pembuangan akhir,
yaitu open dumping (penimbunan secara
terbuka) dan sanitary landfill
(pembuangan secara sehat). Pada sistem open
dumping, sampah ditimbun secara bergantian dengan tanah sebagai lapisan
penutupnya. Sampah yang telah ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat
mengalami proses lanjutan. Teknologi yang umumnya digunakan dalam proses
lanjutan adalah:
1. Teknologi
pembakaran (incinerator) yang menghasilkan
produk sampingan berupa logam bekas dan uap yang dapat dikonversikan menjadi
energi listrik. Pembakaran dapat mengurangi volume sampah dari sumbernya hingga
75-80% tanpa proses pemilahan. Pembakaran menghasilkan abu atau kerak yang
cukup kering dan bebas dari pembusukan sehingga dapat langsung dibawa ke tempat
penimbunan di lahan yang kosong.
2. Teknologi
pengomposan (composting) yang
menghasilkan kompos dapat digunakan sebagai pupuk maupun penguat struktur
tanah.
3. Teknologi
daur ulang (recycle) yang dapat
menghasilkan produk sampah potensial, seperti sampah kertas, plastik, logam,
kaca, dan gelas.
Bagaimanakah langkah penanganan sampah
yang efisien? Penanganan permasalahan sampah secara keseluruhan dapat dilakukan
dengan berbagai alternatif pengolahan dan pengelolaan sampah. Alternatif
pengelolaan sampah harus sesuai dan berkelanjutan agar tidak menimbulkan
masalah lingkungan. Salah satu pengelolaan sampah yang menjanjikan adalah
dengan melakukan daur ulang untuk mengurangi tekanan terhadap sumber daya alam,
menciptakan lingkungan yang bebas dari sampah dan meningkatkan perekonomian
masyarakat dengan memanfaatkan sampah agar memiliki nilai guna. Memilah dan
mendaur ulang sampah secara optimal jauh lebih baik dibandingkan membuang semua
jenis sampah ke tempat pembuangan sampah yang tercampur karena dapat merusak
dan mengurangi nilai material yang mungkin masih dapat diambil manfaatnya.
Bahan-bahan organik dapat mengontaminasi bahan-bahan yang mungkin masih dapat
didaur ulang, dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Proses perubahan gas metana (CH4)
menjadi energi menghadapi kendala akibatnya metana yang
dihasilkan dari tumpukan sampah dibiarkan mengapung di udara. Besarnya gas
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari pembakaran sampah semakin
meningkatkan suhu di permukaan bumi. Selain menghasilkan gas karbondioksida (CO2)
dalam jumlah besar, pembakaran sampah juga menghasilkan senyawa dioksin.
Dioksin adalah senyawa beracun yang mempunyai struktur kimia mirip serta
mekanisme peracunan yang sama. Dioksin sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kanker, perubahan hormon, dan pertumbuhan yang abnormal. Oleh karena itu sebaiknya
kita menghindari pengurangan sampah dengan pembakaran. Mulailah dari sekarang
kita lebih menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah seefisien mungkin.
Beberapa cara yang efisien untuk mengurangi
sampah antara lain:
1. Reduce (Mengurangi)
Kita
sebaiknya menggunakan barang atau material yang seminimal mungkin. Dalam
kenyataannya semakin banyak kita menggunakan material, maka akan semakin banyak
pula sampah yang kita hasilkan. Kita dapat mengurangi peningkatan produksi
sampah dengan cara selalu menggunakan tas atau kantong anyaman dari daun pandan
yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.
2. Reuse
(Menggunakan Kembali)
Alangkah
lebih baik apabila kita selalu memilih barang-barang yang dapat dimanfaatkan
kembali dan menghindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai, buang (disposable).
Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum barang tersebut
menjadi sampah. Kita dapat menggunakan botol plastik (produk minyak goreng atau
sabun) yang dapat diisi ulang. Dengan demikian, setidaknya kita tidak akan
terlalu menumpuk sampah botol sabun, sampo, minyak goreng, dan lain sebagainya
karena kita dapat membeli barang dengan kemasan refill (isi ulang) dan
menggunakan kembali botol-botol sampo atau sabun cair yang sudah kosong
tersebut.
- Recycle (Mendaur Ulang)
Mendaur
ulang sampah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat. Saat ini banyak kita
jumpai industri informal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
plastik dengan mengubahnya menjadi berbagai souvenir, sampah kertas menjadi
lukisan dan mainan miniatur, sampah alumunium foil menjadi tas atau dompet.
- Replace (Mengganti)
Kita harus dapat meneliti barang-barang yang kita
gunakan sehari-hari. Mengganti barang-barang sekali pakai (disposible)
dengan barang yang lebih tahan lama dan memakai barang-barang yang lebih ramah
lingkungan. Misalnya, mengganti kantong plastik dengan keranjang saat kita
berbelanja, dan tidak menggunakan styrofoam
karena kedua bahan ini tidak bisa diuraikan secara alami. Kita dapat
memanfaatkan tas anyaman dari daun pandan atau bambu sebagai pengganti kantong
plastik dan menggunakan daun pisang sebagai pembungkus makanan.
Syahputra (2008) mengemukakan bahwa pola dasar penanganan sampah secara
terpadu dilakukan dengan cara Reduce, Reuse, Recycle, dan Composting
(3RC). Reduce (precycling) merupakan langkah pertama untuk
mencegah penimbunan sampah dengan mengurangi produksi sampah. Reuse (menggunakan
kembali) berarti menghemat dan mengurangi sampah dengan cara menggunakan
kembali barang-barang yang telah dipakai. Barang yang masih dapat digunakan,
seperti kertas-kertas berwarna-warni dari majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk
bungkus kado yang menarik. Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah
menjadi produk baru yang lebih bermanfaat dan berdaya guna. Langkah utama dari
mendaur ulang adalah memisahkan sampah-sampah yang sejenis dalam satu kelompok.
Recycle sering disebut mendapatkan kembali sumber daya (resource
recovery), khususnya untuk sumber daya alami. Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi
organik, misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan
lain-lain. Pembusukan menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain
nitrogen, fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk
pupuk tanaman.
Cara-cara penanganan sampah
anorganik secara terpadu ini akan lebih baik digunakan daripada dengan cara
pembakaran karena selain mengurangi efek pemanasan global dengan mengurangi
volume gas karbondioksida (CO2 ) yang dihasilkan, cara ini tidak
mempunyai efek samping baik bagi masyarakat ataupun lingkungan. Seperti kata
pepatah pencegahan penyakit akan lebih baik dari pada
mengobatinya. Kata bijak ini juga bisa digunakan dalam strategi penanganan
sampah yakni mencegah terbentuknya sampah lebih baik dari pada mengolah atau memusnahkan
sampah. Karena bagaimanapun pengolahan atau pemusnahan sampah pasti akan
menghasilkan jenis sampah baru yang mungkin saja lebih berbahaya dari sampah
yang dimusnahkan. Jadi, mulai sekarang mari kita berbenah diri untuk mengurangi
hal-hal yang bisa membentuk sampah. Bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan
dari sampah agar lingkungan terasa menyejukkan pandangan dan terasa nyaman.
C.
Pemanfaatan Sampah Anorganik
Sampah merupakan material sisa hasil
akhir dari proses produksi yang bersifat merusak. Pembuangan dan pembakaran
sampah plastik yang sembarangan dapat menyebabkan polusi tanah dan menimbulkan
kerugian di masa mendatang. Secara sederhana, kita harus dapat memisahkan
antara sampah kering, sampah basah, sampah plastik, dan sampah daun. Setelah kita memisahkannya, kita
dapat mengelompokkan lagi menjadi sampah yang dapat dihancurkan dan sampah yang
dapat di daur ulang kembali. Sampah yang dapat dihancurkan seperti plastik dan kaleng
dapat di bakar tetapi harus memperhatikan segi kerugiannya, sedangkan sampah
yang dapat di daur ulang kembali seperti sampah botol aqua dengan kreativitas dapat
kita modifikasi menjadi aneka kerajinan vas bunga dan tempat sisir. Kemudian kulit
telur yang dikeringkan dapat dimanfaatkan menjadi kreasi bunga. Jadi, kita
tidak selalu hanya menggunakan teknologi-teknologi modern saja untuk
memanfaatkan barang-barang di sekitar kita. Dengan teknologi yang sederhanapun
kita dapat memanfaatkannya.
Sampah anorganik tidak dapat
teruraikan secara alami. Dengan kreativitas, sampah ini dapat didaur ulang
untuk beragam kebutuhan. Ada beberapa sampah yang dapat dimanfaatkan:
1. Sampah
Kertas
Bagaimana dengan kertas dan koran
yang menumpuk di ruang tamu? Tidak perlu stres dan bingung apabila menjumpai
hal seperti ini. Sampah kertas dan koran yang menumpuk di ruang tamu dengan tambahan
sentuhan kreativitas dapat dimanfaatkan dalam pembuatan pernak-pernik cantik
yang bernilai seni dan bernilai jual tinggi. Sampah kertas dapat dikumpulkan menjadi satu
bagian yang dipisahkan dari sampah lainnya. Kumpulan sampah kertas bisa dibuat
berbagai macam jenis kerajinan tangan, seperti blocknote, kartu ucapan, kotak
pensil, pigura, topeng, patung, dan kertas daur ulang. Kebanyakan masyarakat
kurang mengetahui bahwa ternyata sampah kertas dengan modal kecil dapat disulap
menjadi pernak-pernik yang mengesankan dan bernilai seni tinggi. Sampah oleh
masyarakat sekarang ini hanya dipandang sebelah mata, padahal dalam kenyataannya
banyak manfaat yang dapat diambil dari sampah. Ketidaksadaran dan kurangnya
pemahaman masyarakat tentang sampah menjadikan masyarakat tidak peduli terhadap
lingkungan.
Pembuatan
kertas daur ulang merupakan bentuk recycle sebagai bagian dari 3R (Reuse,
Reduce, dan Recycle). Pembuatan kertas daur ulang dengan pengolahan kembali
(daur ulang) sampah menjadi produk baru yang lebih bermanfaat secara tidak
langsung dapat mengurangi penggunaan kertas dan sampah kertas. Bahan utama yang
dibutuhkan dalam pembuatan kertas daur ulang adalah kertas bekas. Dalam hal ini
yang dimaksud kertas bekas adalah semua jenis kertas yang sudah tidak
digunakan. Kita juga perlu menyediakan lem kayu, pewarna, dan air. Pewarna yang
digunakan sebaiknya yang alami yaitu dengan menggunakan kunyit atau serai.
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kertas daur ulang adalah screen
sablon atau bingkai kayu dengan kain kasa seukuran kertas yang diinginkan.
Peralatan lainnya antara lain ember untuk merendam, papan atau triplek, kain,
gunting dan screen sablon. Langkah pembuatan kertas daur ulang adalah
menggunting kertas kemudian merendamnya ke dalam ember selama sehari semalam
atau kurang lebih selama 24 jam. Kemudian air dan kertas diblender dengan
perbandingan air dan kertas= 3 : 1 sampai menjadi bentuk pulp atau bubur kertas.
Selanjutnya bubur kertas dimasukkan ke dalam ember yang telah diisi dengan air
dan diberi pewarna serta lem kayu secukupnya sambil diaduk sampai merata.
Setelah itu kita dapat menyiapkan papan atau triplek yang sebelumnya dilapisi kain yang sudah
dibasahi dengan air. Screen dimasukkan ke dalam ember yang berisi air, kemudian
saring bubur kertas air hilang kemudian ratakan. Penyaringan diusahakan tidak
terlalu tebal dan penggosokan screen dilakukan secara perlahan hingga kertas
daur ulang menempel di papan. Penjemuran
dilakukan bersama dengan kain di tempat yang panas sampai benar-benar kering.
Kertas hasil daur ulang yang sudah jadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk
membuat aneka kerajinan tangan.
2. Sampah
Kaleng
Sumber daya tambang tidak dapat
diperbaharui, sementara kemasan kaleng yang akhirnya menjadi sampah semakin
banyak. Oleh karena itu, sebagai orang yang bijak kita harus ikut aktif dalam
kegiatan menyukseskan daur ulang. Dalam kehidupan sehari-hari kaleng banyak
dimanfaatkan dengan berbagai fungsi. Kaleng dalam berbagai fungsi pada akhirnya
tidak terpakai dan menjadi sampah. Dengan sedikit kreasi sampah kaleng dapat
dimanfaatkan dan menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai keunikan dan
kreativitas yang tinggi. Kreasi kaleng bekas apabila ditekuni dapat dijadikan peluang
bisnis yang menjanjikan. Kaleng bekas yang bagi kebanyakan masyarakat dianggap
sebagai sampah yang tidak ada manfaatnya ternyata dapat diubah menjadi barang
yang mempunyai nilai ekonomis dan tidak membahayakan lingkungan. Sebelum
digunakan sampah kaleng sebaiknya dicuci bersih dan dilap sampai kering untuk
menjaga kebersihan kaleng. Kaleng bekas dapat dimanfaatkan dalam pembuatan
wadah kue kering, asbak, tempat uang recehan atau celengan, pot tanaman, dan
mainan anak-anak.
Seorang pekebun sayuran bernama Pak
Kasino di Tandes, Surabaya, Jawa Timur telah mempraktekkannya. Beliau mengumpulkan kaleng-kaleng bekas yang berukuran
5 kg dan memanfaatkannya sebagai bahan budidaya tanaman sistem tingkat yang
dikenal dengan vertikultur. Menurut
beliau, selain mengurangi sampah yang menumpuk, usaha ini ternyata mampu
membantu memenuhi kebutuhan pangan bagi keluarga. Penggunaan kaleng sebagai pot
tanaman ini sangat efektif karena dapat menghemat lahan dan meminimkan
perawatan. Selain itu, tidak akan terjadi kompetisi antar tanaman karena
penyiraman melalui kran sehingga larutan nutrisi mengalir dari pot bagian atas
menuju pot bagian bawahnya berdasarkan tingkatan. Pembuatan pot bertingkat sebenarnya
sangatlah sederhana karena cukup dengan menyiapkan kaleng cat bekas berukuran 5
kg dan melubangi sekeliling kaleng. Setelah itu, media tanam dimasukkan.
Kemudian benih sayuran ditanam di lubang
tanam dan kaleng susu disusun serapi mungkin dengan posisi bertingkat.
Kaleng bekas juga dapat dimanfaatkan sebagai toples. Kaleng susu bekas dapat dibalut kain batik dengan ditambah kreasi balutan menghasilkan toples yang cantik memperindah suasana rumah dengan nuansa penuh keunikan dan kreativitas yang tinggi.
Kaleng bekas juga dapat dimanfaatkan sebagai toples. Kaleng susu bekas dapat dibalut kain batik dengan ditambah kreasi balutan menghasilkan toples yang cantik memperindah suasana rumah dengan nuansa penuh keunikan dan kreativitas yang tinggi.
3. Sampah
Botol
Dimana-mana kita menjumpai sampah
botol. Banyak produk-produk yang menggunakan botol sebagai tempatnya.
Kebanyakan orang bingung bagaimana cara memanfaatkan botol bekas. Kita dapat
menggunakan botol plastik (produk minyak goreng atau sabun) yang dapat diisi
ulang. Dengan demikian, setidaknya kita tidak akan terlalu menumpuk sampah
botol sabun, sampo, minyak goreng, dan lain sebagainya karena kita dapat
membeli barang kemasan refill dan
menggunakan kembali botol-botol yang kosong. Jangan sampai kita menumpuk botol
sampo, botol sabun cair, botol minyak goreng dan botol-botol lain sedangkan
semuanya hanya menjadi sampah yang tercecer tanpa ada manfaat yang lebih jelas.
Sebagai masyarakat yang termasuk orang berpendidikan, alangkah lebih baiknya
apabila kita dapat memanfaatkan botol bekas dengan melakukan penghematan mulai
dari hal kecil. Melakukan penghematan dengan membeli produk refill dan memanfaatkan botol bekas
untuk menghindari penumpukan sampah botol.
Sampah botol dapat didaur ulang
bersama dengan berbagai jenis kaca untuk dicetak menjadi botol baru. Harga
sampah botol bekas minuman lebih rendah karena bentuknya khusus sehingga
pembelinya terbatas perusahaan minuman itu. Botol kecap lebih mahal karena
banyak produk yang bisa dikemas dengan botol itu. Usaha botol bekas juga
memberi peluang kerja bagi ibu-ibu sebagai pencuci botol. Ternyata sampah yang
dipandang oleh sebagian orang sebagai sesuatu yang tidak mempunyai nilai guna
bermodal kreativitas dan keuletan dapat menghasilkan barang-barang kerajinan
yang hasilnya mempunyai nilai estetis tinggi. Sampah botol yang dianggap tidak bermanfaat
dalam kenyataannya dapat disulap menjadi barang-barang kerajinan yang
berkualitas. Selain untuk menjaga kebersihan lingkungan, pemanfaatan sampah
juga dapat menambah penghasilan para pengrajin dengan hasil kreativitasnya.
Botol bekas aqua dapat dikumpulkan didaur ulang menjadi tudung saji, aneka
bunga, vas dan gelas hias.
Bekas aqua gelas dapat
kita belah menjadi dua sama bentuk selanjutnya belahan tersebut saling
dihubungkan melingkar dengan menggunakan staples. Setelah membentuk lingkaran
kemudian rangkaian dibungkus dengan kain brukat (kain yang bermotif
jaring-jaring) untuk lebih mempercantik penampilan. Selain itu dapat
dipercantik dengan berbagai hiasan pita.
Tudung saji dengan kreativitas para perajin dapat bernilai jual tinggi.
4. Sampah
Plastik
Plastik merupakan bahan organik yang
tersusun dari bahan-bahan kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Secara
umum plastik mempunyai sifat thermoplastic
dan thermoset. Thermoplastic dapat dengan mudah
dibentuk dan di proses kembali menjadi bentuk lain. Sedangkan thermoset tidak dapat dilunakkan kembali
apabila sudah mengeras. Plastik yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
mempunyai sifat thermoplastic.
Menurut Hartono, komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap
rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di kota-kota besar
rata-rata setiap pabrik setiap minggunya menghasilkan satu ton limbah plastik.
Jumlah tersebut akan terus bertambah karena plastik mempunyai sifat yang tidak
dapat membusuk, tidak dapat terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, dan
tidak dapat berkarat sehingga menjadi masalah bagi lingkungan apabila apabila tidak
ditangani dengan baik.
Plastik
tidak dapat terdegradasi secara alami.
Untuk menguraikan sampah plastik agar dapat terdegradasi secara alami kita
membutuhkan waktu kurang lebih 80 tahun. Kita menjumpai penggunaan plastik hampir
di seluruh aktivitas manusia. Padahal apabila kita sadar, kita dapat berbuat
lebih untuk memanfaatkan plastik yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) dengan menyimpan kantung plastik
di rumah. Dengan ini secara tidak langsung kita sudah mengurangi limbah plastik
yang terbuang percuma setelah digunakan (reduce).
Akan lebih baik lagi apabila kita dapat melakukan daur ulang plastik menjadi
barang yang lebih bermanfaat dan bernilai jual tinggi (recycle). Lebih baik meminimalkan penggunaan plastik daripada melihat tumpukan sampah plastik
dengan tidak ada kemampuan diri untuk memanfaatkannya.
Pemanfaatan
limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Menurut
Sasse et al.
(1995), secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu
sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya. Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali
barang-barang plastik telah berkembang pesat. Menurut Syafitrie (2001), hampir
seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula
walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas.
Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di
pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena
(PP), dan asoi.
D. Kesimpulan
Penanganan permasalahan sampah
secara keseluruhan dapat dilakukan dengan berbagai alternatif pengolahan dan
pengelolaan sampah. Alternatif pengelolaan sampah harus sesuai dan
berkelanjutan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan. Kita dapat bersikap
bijak dengan cara menciptakan lingkungan yang bebas dari sampah dan
meningkatkan perekonomian masyarakat dengan memanfaatkan sampah agar memiliki
nilai guna. Memilah dan mendaur ulang sampah secara optimal jauh lebih baik
dibandingkan membuang semua jenis sampah ke tempat pembuangan sampah yang
tercampur karena dapat merusak dan mengurangi nilai material yang mungkin masih
dapat diambil nilai manfaatnya. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi
dalam penanganan sampah dapat dicapai dengan penerapan metode yang ramah
lingkungan, terpadu, bermanfaat untuk masyarakat, baik secara ekonomi maupun
sosial. Selain itu, diperlukan juga penerapan teknologi yang tepat, peran aktif
masyarakat, dan kerja sama antara lembaga-lembaga yang terkait.
Sampah anorganik dapat dimanfaatkan
dengan cara didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan tangan yang lebih
bermanfaat. Sampah
kertas, plastik, botol, kain, kaca dan kaleng dengan kreativitas manusia dapat
didaur ulang menghasilkan barang-barang kerajinan yang memiliki nilai seni,
kreativitas, dan bahkan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Selain
untuk menjaga kebersihan lingkungan, pemanfaatan sampah juga dapat menambah
penghasilan para pengrajin dengan hasil kreativitasnya. Kita tidak selalu hanya menggunakan
teknologi-teknologi modern saja dalam memanfaatkan sampah di sekitar kita.
Dengan teknologi yang sederhanapun kita dapat memanfaatkannya.
Hal ini sesuai dengan kata pepatah yang menyatakan pencegahan penyakit itu akan lebih baik daripada pengobatan. Konsep
ini dapat digunakan dalam strategi penanganan sampah yakni mencegah
terbentuknya sampah lebih baik daripada mengolah atau memusnahkan sampah. Jadi, mulai sekarang marilah
kita berbenah diri untuk mengurangi
sampah dan memanfaatkannya agar berdaya guna serta bernilai jual tinggi
bermodalkan kreativitas kita sendiri dengan melestarikan lingkungan sekitar
kita dan menjaganya dari ancaman sampah anorganik. Mulailah dari
sekarang kita lebih menjaga lingkungan dengan mengurangi sampah seefisien
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan,gugun.2007.Mengelola Sampah Jadi Uang.Jakarta:
Transmedia pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar